tirto.id - Ruang Basbeth Bercerita (RBB) berkolaborasi dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia meluncurkan Mustika Rasa Kini di Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis pekan lalu (28/2).
Mustika Rasa Kini lebih dari sekadar program, melainkan platform yang dimaksudkan untuk menggali, meneliti, hingga membandingkan berbagai khazanah pangan Nusantara dari zaman dulu hingga saat ini.
“Dengan berbasis pada kekayaan intelektual, Mustika Rasa Kini akan menceritakan, meneliti, dan membandingkan resep-resep masakan Indonesia dari masa lalu hingga kini. Kami juga akan menciptakan katalog cita rasa masakan Indonesia melalui berbagai bentuk tayangan audio visual, situs web, aplikasi, dan program workshop serta seminar,” ungkap Ismail Basbeth, Direktur RBB.
Nama Mustika Rasa sendiri terinspirasi dari buku himpunan resep masakan khas Indonesia yang diterbitkan di zaman pemerintahan Sukarno. Terbit pada 1962, buku tersebut disusun oleh panitia dari Departemen Pertanian. Buku klasik itu merupakan cermin sekaligus bukti komitmen Bung Karno dalam merancang politik kedaulatan pangan Indonesia.
Kini, di tengah berbagai ancaman global, termasuk krisis pangan dan lingkungan, mewujudkan kedaulatan pangan adalah keniscayaan. Ismail bercerita bahwa sebelum disambut Direktorat Jenderal Kebudayaan, konsep Mustika Rasa Kini telat ditawarkan kepada banyak pihak, tapi hasilnya nihil belaka.
Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid menyampaikan, Pemerintah mendukung penuh inisiasi Mustika Rasa Kini, baik dalam hal pendanaan maupun akses terhadap data penelitian terkait kedaulatan pangan.
“Kami berharap program ini dapat memberikan kontribusi positif dalam melestarikan warisan kuliner Indonesia serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya kedaulatan pangan bagi bangsa Indonesia,” ungkap Hilmar.
Disinggung soal berapa lama Mustika Rasa Kini akan berjalan, Hilmar berharap platform ini akan berumur panjang dan menjadi warisan bagi generasi mendatang.
“Saya harapkan program ini konsepnya sama seperti dulu leluhur kita membangun Candi Borobudur. Borobudur itu pembangunannya diawali oleh orang-orang yang tidak pernah menyaksikan tahap penyelesaiannya, dan diselesaikan oleh mereka yang tidak pernah menyaksikan proses awal pembangunannya. Jadi, ini bukan proyek yang sebentar,” pungkas Hilmar.
Selain Ismail Basbeth, Mustika Rasa Kini juga diinisiasi oleh sejumlah nama lain, di antaranya adalah Lyza Anggraeni, JJ Rizal, Darwin Nugraha, Imran Hasibuan, dan Lasja Susatyo.
Platform Mustika Rasa Kini akan punya 9 program turunan, meliputi seminar, lokakarya, aktivasi acara & sosialisasi, duta program, situs web & aplikasi, konten (video, audio, podcast, dll), series dokumenter, film cerita, serta rilis buku Mustika Rasa edisi revisi.
Editor: Fadrik Aziz Firdausi